Salah satu waktu favorit ketika ramadan ini adalah ketika waktu dhuha, dalam tafsir yang disampaikan oleh ustadz Adi Hidayat, dhuha menggambarkan fase hidup yang menyenangkan. Saat matahari naik sepenggalahan, suasananya cerah dan semarak. Kicau burung-burung bersahutan.
Di ayat berikutnya, Allah menjelaskan sebuah malam yang pekat diibaratkan seperti duka yang menyelimuti, kesedihan, kehilangan dan perasaan tak menyenangkan lainnya.
Dua kondisi yang berlainan tersebut, Allah bilang ke Nabi Muhammad, aku tidak akan meninggalkan kamu
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”
Bagaimana bisa Allah nggak meninggalkan kita dalam keadaan senang dan sedih? kuncinya ada di ayat berikutnya,
“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
Ternyata kuncinya dalah sepanjang kehidupan kita berorientasi pada akhirat.
Surat ini turun sebagai penghiburan kepada Nabi Muhammad usai wahyu tak turun padanya berbulan-bulan. Kebayang nggak sih, Nabi Muhammad yang sudah terjamin surga aja, dititahkan Allah agar berorientasi pada akhirat, gimana kita yang bukan siapa-siapa, yang surga nggak punya jaminan?
Saya kemudian teringat sebuah kalimat yang dikatakan oleh ustadz Harry Santosa dalam sebuah kuliah whatsapp “Kaidah dunia itu, kejarlah daku kau kutipu” maka kejarlah akhirat, dalam arti bukan sibuk ibadah ritual, namun temukan tugas langit (misi hidup) dalam suatu bidang kehidupan, yang menggebu-gebu ingin kita kerjakan atau selamatkan atau tolong dari problematika ummat atau solusi bagi ummat sehingga menebar banyak manfaat bagi ummat dan Allah ridha, kemudian rezeki akan berdatangan.
Semoga semakin hari kecintaan kita kepada Allah akan terus bertambah, semakin cinta pada amal-amal kebaikan, semakin cinta kepada peran kita di dunia hingga dengan suatu hari nanti bisa kembali kepada kepada Allah dengan jiwa yang diridhai-Nya.