Sebagai seorang manusia, kita adalah hamba yang diciptakan oleh Allah sebagai Rabb kita. Maka sunggu Allahlah yang sangat mengetahui segala sesuatu tentang diri kita, termasuk tentang bagian mana yang ada di dalam diri kita yang perlu ditumbuhkan atau dibersihkan. Begitu pun ketika kita diizinkan-Nya terluka, kecewa maka pasti itu semua hadir untuk kebaikan diri kita sendiri: entah untuk menumbuhkan atau membersihkan sesuatu yang tersembunyi yang ada di diri kita. Yang belum kita ketahui saat pukulan pertama itu terjadi.
Rencana Allah dalam mendidik seorang hamba sungguh adalah hakNya, dengan cara apapun itu, tinggal bagaimana seorang hamba meresponnya. Mungkin banyak kondisi yang tak kita inginkan; jauh dari orang tua, ditinggal menikah, gagal lolos seleksi beasiswa di percobaan kesekian kalinya, wafatnya orang-orang tersayang, mengalami bencana alam, atau lainnya.
“Meski terkadang lelah, kapankah ini akan berakhir? sampai kapan ya Allah? bolehkah aku meminta waktunya dipercepat?”
Kudidik lagi hatiku, kukuatkan iman, karena hanya dengan bersamanya, semua akan baik-baik saja, dengannya terasa lebih lapang menjalaninya.
Allaaah.. kalapun Engkau memang mengizinkan hal itu terus kurasai, semoga ia menjadi amal pemberat kebaikanku di akhirat nanti, yang membuat Engkau ridha kepadaku. Hingga Engkau menyampaikan…
“Salam sejahtera untukmu karena kesabaranmu, maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu”(QS.13:24)
Hari ini kelelahan seharian membantu domestik dirumah, meski tahajud tetap terlaksana namun nafas kesyukuran dilaksanakan seb’da dzuhur.