Disadur dari buku Pribadi dan Martabat Buya Hamka yang ditulis oleh Rusydi Hamka.
Di saat lain sekitar tahun 1959, tatkala Pemerintah Soekarno mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang menyuruh Ayah memilih antara jabatan pegawai negeri golongan F atau anggota partai, ummilah yang menentukan pilihan terakhir. Sejak 1950 Ayah sudah menjadi Pegawau Tinggi kementerian Agama golongan F dan menjadi anggota Konstituante Fraksi Partai Masyumi pula. Pidato Ayah di Sidang Konstituante yang keras dan berani telah membuat heboh koran-koran lawan dan kawan.
“Apa pilihan kita, Mi?” tanya Ayah meminta pertimbangan Ummi untuk menentukan pilihan
Saya tak melihat tanda-tanda kecemasan sedikitpun wajah Ummi, yang pasti akan kehilangan sekian ribu rupiah gaji serta beras berapa liter, yang selama beberapa tahun kami tunggu setiap bulan. Dengan tenang ia menjawab “Kita kan tak pernah menjadi orang kaya dengan kedudukan Ayah sebagai pegawai itu” jawabnya. lalu dengan senyum khasnya, Ummi melanjutkan, “Jadi Hamka sajalah!”.
Ayah menitikan air mata menatap wajah Ummi yang seolah tak menyadari, bahwa ucapan-ucapannya telah menguatkan hatinya selama ini. Ayah sebagai pejuang memerlukan keputusan pasti. Ummilah yang membantunya mengambil keputusan yang tepat selama ini
Saya meyakini selalu ada istri hebat di samping suami yang hebat. Dan dengan cerita itu kita bisa melihat dari sosok istri Buya, Siti Raham.
Untuk menjalani peran sebagai seorang ibu yang benar dan baik untuk anak-anak, kita harus terlebih dahulu menjadi istri yang benar dan baik untuk suami kita.
Dan untuk menjalani peran sebagai seorang istri yang benar dan baik untuk suami, kita harus terlebih dahulu menjadi pribadi yang benar dan baik.
Kenapa selalu disebut “BENAR DAN BAIK”? Karena tidak semua yang baik itu benar. Dan sesuatu yang benar sudah pasti baik. Jadi benar dulu, baru baik.
Contoh: seorang ibu yang memanjakan anaknya hingga dewasa itu barangkali niatnya baik, ingin anaknya terus merasa nyaman dan membutuhkannya, tapi sayangnya itu tidak benar. Yang benar dan baik justru pada usia dimana otak kritis anak sudah mulai aktif, berikanlah ruang ‘derita’ baginya. Perkenalkan ia dengan masalah, tantangan, konflik, untuk menyiapkannya berhadapan dengan kehidupan kelak yang tak bisa selalu ramah padanya, tak bisa selalu sesuai keinginannya. Cara ini benar dan baik sebab justru akan menjadikannya anak yang kuat dan dewasa. Dan ketidakbergantungan pada orangtuanya justru bukan indikator kegagalan melainkan indikator keberhasilan. Sebab anak tsb kelak akan pulang ke hadapan Allah sendirian, mempertanggungjawabkan semua perbuatannya sendirian, maka mempersiapkan ia untuk mampu sendirian tanpa kita justru benar dan baik.
Itulah kenapa benar dulu, baru baik. Dan yang paling awal harus benar dan baik adalah diri kita sendiri.
Jadi titian tangganya:
Pribadi yang benar&baik >> Istri yang benar&baik >> Ibu yang benar&baik.
Semoga Allah menganugerahi kita dan menuntun kita untuk terus belajar.